Jamu IBOE pada Seminar Optimisme Perdagangan dan Ekonomi di Tahun 2019
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyampaikan kepada asosiasi dan para pelaku usaha untuk memasuki dan menjalani tahun 2019 dengan optimis dan tanpa keragu-raguan. Pernyataan ini disampaikan Mendag pada bincang bisnis bertema"Optimisme Ekonomi dan Perdagangan 2019" yang digelar hari ini, Selasa (26/2) di Spazio, Surabaya, Jawa Timur. Acara ini merupakan rangkaian kegiatan dari kunjungan kerja Mendag di Surabaya.
"Di tengah perlambatan ekonomi yang terjadi di beberapa negara, ekonomi Indonesia justru mampu bertahan dan tumbuh stabil dalam tiga tahun terakhir. Untuk itu, kita harus optimis menjalani tahun 2019," ungkap Mendag. Pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2018 mencapai 5,2 persen, tahun 2017 sebesar 5,1 persen. Pemerintah optimis pertumbuhan ekonomi di tahun2019 bisa mencapai 5,3 persen. Optimisme ini dibangun berdasarkan fakta bahwa fundamentalpertumbuhan ekonomi semakin membaik, APBN semakin kredibel, pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan, serta penerbitan serangkaian paket kebijakan. Hal-hal itulah yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Mendag juga menegaskan agar kita tetap optimis mengatasi defisit perdagangan Indonesia yang tengah terjadi. "Kita harus tetap optimis mengatasi defisit perdagangan saat ini. Defisit perdagangan disebabkan oleh meningkatnya impor barang modal dan bahan baku/penolong yang
berkolerasi dengan pembangunan infrastruktur dan investasi. Ke depan, impor ini dapat mendorong ekspor kita yang pada akhirnya akan memperkecil defisit neraca perdagangan," jelasnya.
Saat ini, lanjut Mendag, Pemerintah tengah mendorong industri substitusi dari barang modal dan bahan baku. Ini menjadi program prioritas Pemerintah yang bertujuan mengurangi ketergantungan impor secara bertahap dalam jangka panjang. Dalam paparannya, Mendag juga menyampaikan, ada dua hal yang perlu diantisipasi saat ini, yaitu Brexit dan perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Kedua hal ini memberikan ketidakpastian dan akan mempengaruhi stabilitas ekonomi di dunia.
Perang dagang terjadi karena kecenderungan proteksionisme suatu negara. Kecenderungan proteksionisme tidak hanya terjadi di AS, tetapi juga melanda negara-negara di berbagai belahan dunia. "Perang dagang yang diakibatkan kenaikan tarif sebenarnya akan merugikan negara itu
sendiri karena inflasi akan meningkat dan konsumen dirugikan," imbuhnya.
Dalam paparannya, Mendag juga mendorong para pelaku usaha untuk memenuhi pasar di dalam negeri. "Penuhi pasar dalam negeri karena tidak kalah potensial dengan pasar luar negeri," tandasnya.
SHARE: | ||||
Previous Next |