1910

Tan Swan Nio dan Siem Tjiong Nio, mulai melakukan proses manufaktur Jamu dengan mendirikan Djamoe Industrie en Chemicalen Handel "IBOE" Tjap 2 Njonja di Jalan Ngaglik 3-5 Surabaya. Djamoe Industrie en Chemicalien Handel "IBOE" Tjap 2 Njonja makin berkembang. Semakin terkenal setelah mampu menyembuhkan dan memberantas epidemi 'batuk' di Surabaya. Skala perusahaan makin besar, dan rekrutmen tenaga kerja dari luar makin banyak.

1938

Pemasaran diluar pulau mulai dilakukan. Pulau Bali merupakan pulau pertama yang bisa menikmati produk Djamoe Industrie en Chemicalien Handel "IBOE" Tjap 2 Njonja tanpa harus membeli di Jawa.

1942 (Masa pendudukan Jepang di Indonesia)

Nilai penjualan semakin tinggi. Membantu Volksraad (pemerintahan kolonial waktu itu) melakukan penelitian untuk menghasilkan jamu yang berguna bagi masyarakat.

1945 (Masa kemerdekaan RI)

Semakin agresif melakukan pendekatan pasar dengan memasang iklan di Surat Kabar. Berhasil mendirikan 11 cabang (filialen) dan 1000 agen (agentschappen).

1950

Era modernisasi produksi dimulai. Sebagian proses produksi memanfaatkan mesin. Mesin Gerabah dan mesin Giling merupakan mesin pertama yang dipakai.

1973

Nama "Djamoe Industrie en Chemicalen Handel "IBOE" Tjap 2 Njonja" diubah menjadi PT Jamu Iboe Jaya. Perubahan ini sebagai perwujudan keinginan pengelola untuk berjaya dalam konstelasi industri jamu di tanah air. Investasi untuk perlatan produksi makin meningkat.

1979

PT Jamu Iboe Jaya mulai melakukan terobosan teknologi dengan menggunakan aluminium foil untuk mengemas produksi. Terobosan ini akhirnya diikuti oleh perusahaan-perusahaan jamu lainnya. Tahun ini juga, PT Jamu Iboe Jaya mulai menggalakkan Riset Laboratorium untuk menghasilkan jamu yang bermutu tinggi.

1980

Seiiring dengan perkembangan perusahaan, PT Jamu Iboe Jaya merelokasi pabrik dan perkantorannya ke desa Tanjungsari, Taman, Sidoarjo. Di lokasi seluas 2,38 ha, salah satu pelopor perusahaan jamu tertua ini melakukan proses produksinya sampai sekarang.