Epidemi Obesitas Tiba di Negara Berkembang
Negara-negara berkembang diingatkan untuk mulai mengambil tindakan serius untuk mencegah peningkatan kasus epidemi obesitas atau kegemukan. Saat ini peningkatan wabah obesitas justru lebih cepat terjadi di negara berkembang dibanding negara-negara maju.
Dalam laporan yang dimuat dalam jurnal medis The Lancet, disebutkan negara miskin kemungkinan tidak bisa menangani dampak kesehatan dari penyakit obesitas ini. Menurut data Organization for Economic Co-operation and Development (OECD), Brasil dan Afrika Selatan adalah negara yang tingkat obesitasnya di atas rata-rata.
Peningkatan kasus obesitas di negara industrial, seperti Inggris dan Amerika Serikat telah membawa konsekuensi peningkatan kasus penyakit jantung, kanker, dan diabetes.
OECD juga menemukan, 50 persen orang dewasa di negara yang disurvei mengalami kegemukan dan obesitas. Meksiko merupakan negara yang 70 persen orang dewasanya kegemukan, disusul dengan Afrika Selatan yang persentasenya lebih dari 50 persen. Beberapa negara seperti Brasil dan Rusia persentasenya hampir 50 persen.
Sementara itu di Cina, angka obesitasnya kurang dari 30 persen, diikuti dengan India yang angkanya kurang dari 20 persen.
Bagaimana dengan Indonesia? Jika melihat data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, di Indonesia terdapat 19,1 persen kasus obesitas pada penduduk berusia di atas 15 tahun. Angka tersebut melebihi besaran angka kekurangan gizi dan gizi buruk pada anak-anak usia di bawah lima tahun sebesar 18,4 persen.
OECD juga merekomendasikan agar tiap negara mulai bertindak untuk menahan laju peningkatan wabah obesitas melalui regulasi dan kampanye hidup sehat di media, pajak serta subsidi untuk mendukung pola makan yang sehat lewat pembatasan iklan mengenai makanan. Selain orang dewasa, anak-anak juga harus menjadi target utama strategi tersebut karena ancaman obesitas juga telah melanda anak-anak.
Sumber : Kompas.com
SHARE: | ||||
Previous Next |