Dibanding laki-laki, perempuan usia produktif lebih terlindungi dari berbagai risiko penyakit kronis termasuk diabetes. Namun kelebihan ini bisa hilang jika perempuan mengalami kegemukan, apalagi jika lingkar perutnya melebihi 80 cm.
Hal itu disampaikan dr Dyah Purnamasari, SpPD dari Divisi Metabolik Endokrinologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Menurutnya, kegemukan pada perempuan bisa meningkatkan risiko diabetes hingga 2 kali lipat.
Bukan hanya itu, kegemukan yang ditandai dengan indeks masa tubuh di atas 25 kg/m2 juga meningkatkan risiko sindrom metabolik hingga 4 kali lipat. Peningkatan risiko diabetes maupun sindrom metabolik juga terjadi pada obesitas perut, yang ditandai dengan lingkar perut 80 cm ke atas.
Diabetes maupun sindrom metabolik hanya sebagian dari berbagai risiko yang mengancam perempuan bertubuh gemuk. Berbagai risiko penyakit kronis termasuk penyakit kardiovaskular juga meningkat, meski normalnya perempuan lebih terlindungi dibanding laki-laki.
"Kegemukan bisa menghilangkan efek protektif dari esterogen, terhadap risiko penyakit kardiovaskular. Jadi sebelum menopause, normalnya perempuan lebih aman dibanding laki-laki. Tetapi gara-gara obesitas, risikonya jadi sama saja," kata dr Dyah.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Divisi Metabolik Endokrinologi FKUI pada tahun 2006 menunjukkan, 53,6 perempuan di Jakarta mengalami obesitas. Yang lebih memprihatinkan, 59,4 persen perempuan di Jakarta mengalami obesitas perut yang konon lebih berbahaya.
"Sebenarnya ini data lama, tetapi tetap mengejutkan karena itu berarti 1 dari 2 perempuan di Jakarta punya masalah obesitas," kata dr Dyah.
Baik pada perempuan maupun laki-laki, diabetes mellitus atau kencing manis bisa memicu berbagai komplikasi termasuk pada pembuluh darah. Selain meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, diabetes juga banyak dikaitkan dengan gangguan fungsi seksual.
Sumber : Detik (13/05/13)
SHARE: | ||||
Previous Next |