Menkes Resmikan Rumah Riset Jamu
Kementrian Kesehatan mendirikan sebuah rumah khusus untuk riset jamu yang baru kali pertama ada di Indonesia. Rumah tersebut akan digunakan untuk melakukan penelitian dan pengembangan berbagai macam tanaman obat untuk dibuat jamu.
Kamis (31/1/2013), rumah riset Hortus Medicus tersebut diresmikan secara langsung oleh Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi. Nafsiah menyatakan sebenarnya sama sekali tak menyukai jamu. Saat masih muda dulu, ia kadang diberi jamu oleh keluarga. Namun jamu itu jarang dihabiskan. “Hanya tak minum sedikit, karena memang tak suka,” katanya.
Nafsiah menuturkan, ketidaksukaannya pada jamu terletak pada baunya yang sangat menyengat. Selain itu ia juga tak begitu suka pada rasa jamu yang sangat pahit. “Karena saya bukan orang Jawa, jadi tak begitu terbiasa dengan jamu,” kata pembantu presiden yang merupakan asli Sengkang, Sulawesi Selatan ini.
Namun pandangannya tentang jamu berubah saat mengunjungi Karanganyar. Di Bumi Intanpari, Menkes diajak Bupati Rina Iriani berkeliling mengamati langsung proses pembuatan jamu dari awal sampai akhir. Ia juga mendengarkan langsung khasiat jamu dari para pemakaiannya. “Saya sekarang sadar kalau jamu adalah budaya asli Indonesia yang lebih aman ketimbang obat kimia. Saya jatuh cinta pada jamu di Karanganyar,” katanya.
Sebagai bentuk dukungan pengembangan jamu di Tanah Air, Kemenkes akan meningkatkan pelatihan bagi para tenaga medis. Saat ini, baru ada 199 dokter dan 15 apoteker yang mendapatkan sertifikat kompetensi jamu dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI). “Program jangka menengah kita adalah menetapkan 20 persen kabupaten/kota memiliki dua puskesmas yang memberikan obat berupa jamu,” kata Nafsiah.
Nafsiah pun mendorong agar Rumah Riset Jamu tersebut terus mengembangkan produk-produk jamu sebagai alternatif pengobatan obat kimia. Dokter-dokter pun juga dihimbau untuk memasukkan jamu yang sudah tersertifikasi masuk dalam daftar resep. “Baru 20 persen tanaman obat yang sudah dikaji. Harus lebih ditingkatkan lagi agar masyarakat menjadi sehat kerena jamu,” katanya.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenkes, Trihono mengatakan rumah riset jamu itu adalah satu-satunya di Indonesia. Dalam setahun ia menargetkan ada 4 formula baru yang diteliti. “Saat ini, dua formula sudah terbukti khasiatnya secara ilmiah yaitu untuk obat tekanan darah tinggi dan asam urat,” katanya. Sementara dua lainnya untuk diabetes dan kolesterol tinggi masih disempurnakan.
Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Kemenkes Indah Yuning Prapti menambahkan sudah ada beberapa rencana penelitian jamu lain untuk pengobatan. Jamu itu untuk anti kanker, wasir, maag, kegemukan, pegal linu, dan khasiat lain. “Satu formula butuh waktu sekitar setahun. Riset di dukung oleh 25 peneliti dengan basis keilmuan mulai dokter, ahli biologi, ahli pertanian, dan apoteker,” ujarnya.
Sumber : Tribunnews (31/1/13)
SHARE: |
![]() |
|||
Previous Next |